Hampir 400 anak di Gaza, setidaknya dua anak per hari, tidak diberi izin untuk melakukan perjalanan ke Tepi Barat dan menerima perawatan lanjutan dalam enam bulan pertama tahun 2023, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Rabu oleh organisasi Save the Children yang berbasis di Inggris.

Dalam laporan yang berjudul ‘Saya Tidak Bisa Berlari, Bermain, atau Mendapatkan Perawatan’, Save the Children menjelaskan bahwa hampir 100 permohonan pasien kritis anak-anak kepada pihak israel ditolak atau tidak dijawab pada bulan Mei yang bersamaan dengan agresi israel ke Jalur Gaza yang diblokade.

“Baik perawatan kemoterapi maupun radiologi tidak tersedia karena Pemerintah israel membatasi peralatan medis dan obat-obatan yang memasuki Gaza.”

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa tahun lalu, tiga anak meninggal ketika permohonan mereka untuk izin keluar Gaza ditolak atau masih dalam peninjauan, termasuk seorang anak berusia 19 bulan dengan cacat jantung bawaan dan seorang anak berusia 16 tahun dengan leukemia.

“Menolak layanan kesehatan bagi anak-anak adalah tindakan yang tidak manusiawi dan merupakan pelanggaran terhadap hak-hak mereka, dan memisahkan anak-anak dari orang tua mereka selama perawatan dapat membuat anak-anak tersebut semakin sulit untuk mengatasinya,” kata Jason Lee, Direktur Save the Children di wilayah pendudukan Palestina, sambil berkomentar pada laporan tersebut.

Organisasi tersebut juga menggarisbawahi bahwa sesuai dengan kewajiban hukum negara penjajah, Pemerintah israel harus mengambil setiap langkah yang mungkin untuk melindungi pasien Gaza, mendorong akses tanpa hambatan terhadap layanan kesehatan penting dan menjunjung tinggi hak atas kesehatan dan layanan kesehatan bagi warga Gaza. anak-anak dan keluarganya.

Gaza, dengan populasi 2 juta jiwa, telah berada di bawah blokade israel sejak kelompok Palestina Hamas memenangkan pemilihan legislatif demokratis di wilayah pendudukan Palestina pada tahun 2006. Sejak itu, israel telah melakukan banyak aksi pemboman dan beberapa perang besar, yang mengakibatkan dalam kematian ribuan orang. (is/knrp)

Bagikan Berita: